Selasa, 01 Desember 2015

Cara Budidaya Tanaman Alpukat Lengkap


1. SEJARAH SINGKAT ALPUKAT
Tanaman alpukat merupakan tanaman buah berupa pohon dgn nama alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur/Jawa Tengah), boah pokat, jamboo pokat (Batak), advokat, jamboo mentega, jamboo pooan, pookat (Lampung) & lain-lain. Tanaman alpukat berasal dari dataran rendah/tinggi Amerika Tengah dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-18. Secara resmi antara tahun 1920-1930 Indonesia telah mengintroduksi 20 varietas alpukat dari Amerika Tengah & Amerika Serikat untuk memperoleh varietas-varietas unggul guna meningkatkan kesehatan & gizi masyarakat, khususnya di daerah dataran tinggi.
2. JENIS TANAMAN ALPUKAT
Klasifikasi lengkap tanaman alpukat adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Ranales
Keluarga : Lauraceae
Marga : Persea
Varietas : Persea americana Mill


Berdasarkan sifat ekologis, tanaman alpukat terdiri dari 3 tipe keturunan/ras, yaitu:.
1) Ras Meksiko
Berasal dari dataran tinggi Meksiko & Equador beriklim semi tropis dgn ketinggian antara 2.400-2.800 m dpl. Ras ini mempunyai daun & buahnya yang berbau adas. Masa berbunga sampai buah bisa dipanen lebih kurang 6 bulan. Buah kecil dgn berat 100-225 gram, bentuk jorong (oval), bertangkai pendek, kulitnya tipis & licin. Biji besar memenuhi rongga buah. Daging buah mempunyai kandungan minyak/lemak yg paling tinggi. Ras ini tahan terhadap suhu dingin.
2) Ras Guatemala
Berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah beriklim sub tropis dgn ketinggian sekitar 800-2.400 m dpl. Ras ini kurang tahan terhadap suhu dingin (toleransi sampai -4,5 derajat C). Daunnya tidak berbau adas. Buah mempunyai ukuran yg cukup besar, berat berkisar antara 200-2.300 gram, kulit buah tebal, keras,mudah rusak & kasar (berbintil-bintil). Masak buah antara 9-12 bulan sesudah berbunga. Bijinya relatif berukuran kecil & menempel erat dlm rongga, dgn kulit biji yg melekat. Daging buah mempunyai kandungan minyak yg sedang.
3) Ras Hindia Barat
Berasal dari dataran rendah Amerika Tengah & Amerika Selatan yg beriklim tropis, dgn ketinggian di bawah 800 m dpl. Varietas ini sangat peka terhadap suhu rendah, dgn toleransi sampai minus 2 derajat C. Daunnya tidak berbau adas, warna daunnya lebih terang dibandingkan dgn kedua ras yg lain. Buahnya berukuran besar dgn berat antara 400-2.300 gram, tangkai pendek, kulit buah licin agak liat & tebal. Buah masak 6-9 bulan sesudah berbunga. Biji besar & sering lepas di dlm rongga, keping biji kasar. Kandungan minyak & daging buahnya paling rendah.
Varietas-varietas alpukat di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1) Varietas unggul
Sifat-sifat unggul tersebut antara lain produksinya tinggi, toleran terhadap hama & penyakit, buah seragam berbentuk oval & berukuran sedang, daging buah
berkualitas baik & tidak berserat, berbiji kecil melekat pada rongga biji, serta kulit buahnya licin. Sampai dgn tanggal 14 Januari 1987, Menteri Pertanian
telah menetapkan 2 varietas alpukat unggul, yaitu alpukat ijo panjang & ijo bundar. Sifat-sifat kedua varietas tersebut antara lain:
  • Tinggi pohon: alpukat ijo panjang 5-8 m, alpukat ijo bundar 6-8 m.
  • Bentuk daun: alpukat ijo panjang bulat panjang dgn tepi rata, alpukat ijo bundar bulat panjang dgn tepi berombak.
  • Berbuah: alpukat ijo panjang terus-menerus, tergantung pada lokasi & kesuburan lahan, alpukat ijo bundar terus-menerus, tergantung pada lokasi & kesuburan lahan.
  • Berat buah: alpukat ijo panjang 0,3-0,5 kg, alpukat ijo bundar 0,3-0,4 kg.
  • Bentuk buah: alpukat ijo panjang bentuk pear (pyriform), alpukat ijo bundar lonjong (oblong).
  • Rasa buah: alpukat ijo panjang enak, gurih, agak lunak, alpukat ijo bundar enak, gurih, agak kering.
  • Diameter buah: alpukat ijo panjang 6,5-10 cm (rata-rata 8 cm), alpukat ijo bundar 7,5 cm.
  • Panjang buah: alpukat ijo panjang 11,5-18 cm (rata-rata 14 cm), alpukat ijo bundar 9 cm.
  • Hasil: alpukat ijo panjang 40-80 kg /pohon/tahun (rata-rata 50 kg), alpukat ijo bundar 20-60 kg/pohon/tahun (rata-rata 30 kg).
2) Varietas lain
Varietas alpukat kelompok ini merupakan plasma nutfah Instalasi Penelitian & Pengkajian Teknologi, Tlekung, Malang. Beberapa varietas alpukat yg terdapat di kebun percobaan Tlekung, Malang adalah alpukat merah panjang, merah bundar, dickson, butler, winslowson, benik, puebla, furete, collinson, waldin, ganter, mexcola, duke, ryan, leucadia, queen & edranol. - JENIS TANAMAN ALPUKAT

3. MANFAAT TANAMAN ALPUKAT
Bagian tanaman alpukat yg banyak dimanfaatkan adalah buahnya sebagai makanan buah segar. Selain itu pemanfaatan daging buah alpukat yg biasa dilakukan masyarakat Eropa adalah digunakan sebagai bahan pangan yg diolah dlm berbagai masakan. Manfaat lain dari daging buah alpukat adalah untuk bahan dasar kosmetik. Bagian lain yg dapat dimanfaatkan adalah daunnya yg muda sebagai obat tradisional (obat batu ginjal, rematik).
4. SENTRA PENANAMAN ALPUKAT
Negara-negara penghasil alpukat dlm skala besar adalah Amerika (Florida, California, Hawaii), Australia, Cuba, Argentina, & Afrika Selatan. Dari tahun ke tahun Amerika mempunyai kebun alpukat yg senantiasa meningkat. Di Indonesia, tanaman alpukat masih merupakan tanaman pekarangan, belum dibudidayakan dlm skala usahatani. Daerah penghasil alpukat adalah Jawa Barat, Jawa Timur, sebagian Sumatera, Sulawesi Selatan, & Nusa Tenggara.
5. SYARAT PERTUMBUHAN TANAMAN ALPUKAT
5.1. Iklim.
  1. Angin diperlukan oleh tanaman alpukat, terutama untuk proses penyerbukan. Namun demikian angin dgn kecepatan 62,4-73,6 km/jam dapat dapat mematahkan ranting & percabangan tanaman alpukat yg tergolong lunak, rapuh & mudah patah.
  2. Curah hujan minimum untuk pertumbuhan adalah 750-1000 mm/tahun. Ras Hindia Barat & persilangannya tumbuh dgn subur pada dataran rendah beriklim tropis dgn curah hujan 2500 mm/tahun. Untuk daerah dgn curah hujan kurang dari kebutuhan minimal (2-6 bulan kering), tanaman alpukat masih dapat tumbuh asal kedalaman air tanah maksimal 2 m.
  3. Kebutuhan cahaya matahari untuk pertumbuhan alpukat berkisar 40-80 %. Untuk ras Meksiko & Guatemala lebih tahan terhadap cuaca dingin & iklim kering, bila dibandingkan dgn ras Hindia Barat.
  4. Suhu optimal untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara 12,8-28,3 derajat C. Mengingat tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, tanaman alpukat dapat mentolerir suhu udara antara 15-30 derajat C atau lebih. Besarnya suhu kardinal tanaman alpukat tergantung ras masing-masing, antara lain ras Meksiko memiliki daya toleransi sampai –7 derajat C, Guatemala sampai -4,5 derajat C, & Hindia Barat sampai 2 derajat C.
5.2. Media Tanam
  1. Tanaman alpukat agar tumbuh optimal memerlukan tanah gembur, tidak mudah tergenang air, (sistem drainase/pembuangan air yg baik), subur & banyak mengandung bahan organik.
  2. Jenis tanah yg baik untuk pertumbuhan alpukat adalah jenis tanah lempung berpasir (sandy loam), lempung liat (clay loam) & lempung endapan (aluvial loam).
  3. Keasaman tanah yg baik untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara pH sedikit asam sampai netral, (5,6-6,4). Bila pH di bawah 5,5 tanaman akan menderita keracunan karena unsur Al, Mg, & Fe larut dlm jumlah yg cukup banyak. Sebaliknya pada pH di atas 6,5 beberapa unsur fungsional seperti Fe, Mg, & Zn akan berkurang.
5.3. Ketinggian Tempat
Pada umumnya tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, yaitu 5-1500 m dpl. Namun tanaman ini akan tumbuh subur dgn hasil yg memuaskan pada ketinggian 200-1000 m dpl. Untuk tanaman alpukat ras Meksiko & Guatemala lebih cocok ditanam di daerah dgn ketinggian 1000-2000 m dpl., sedangkan ras Hindia Barat pada ketinggian 5-1000 m dpl.
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Bibit
Bibit yg baik antara lain yg berasal dari
a) Buah yg sudah cukup tua.
b) Buahnya tidak jatuh hingga pecah.
c) Pengadaan bibit lebih dari satu jenis untuk menjamin kemungkinan adanya persarian bersilang.
2) Penyiapan Bibit
Sampai saat ini bibit alpukat hanya dapat diperoleh secara generatif (melalui biji) & vegetatif (penyambungan pucuk/enten & penyambungan mata/okulasi).
Dari ketiga cara itu, bibit yg diperoleh dari biji kurang menguntungkan karena tanaman lama berbuah (6-8 tahun) & ada kemungkinan buah yg dihasilkan berbeda dgn induknya. Sedangkan bibit hasil okulasi maupun enten lebih cepat berbuah (1-4 tahun) & buah yg didapatkannya mempunyai sifat yang sama dgn induknya.
3) Teknik Penyemaian Bibit
a) Penyambungan pucuk (enten)
Pohon pokok yg digunakan untuk enten adalah tanaman yg sudah berumur 6-7 bulan/dapat juga yg sudah berumur 1 tahun, tanaman berasal dari biji yg berasal dari buah yg telah tua & masak, tinggi 30 cm/kurang, & yg penting jaringan pada pangkal batang belum berkayu. Sebagai cabang sambungannya digunakan ujung dahan yg masih muda & berdiameter lebih kurang 0,7 cm. Dahan tersebut dipotong miring sesuai dgn celah yg ada pada pohon pokok sepanjang lebih kurang 10 cm, kemudian disisipkan ke dlm belahan di samping pohon pokok yg diikat/dibalut. Bahan yg baik untuk mengikat adalah pita karet, plastik, rafia/kain berlilin. Sebaiknya penyambungan pada pohon pokok dilakukan serendah mungkin supaya tidak dapat kuncup pada tanaman pokok. Enten-enten yg telah disambung diletakkan di tempat teduh, tidak berangin, & lembab. Setiap hari tanaman disiram, & untuk mencegah serangan penyakit sebaiknya tanaman disemprot fungisida. Pada musim kering hama tungau putih sering menyerang, untuk itu sebaiknya dicegah dgn semprotan kelthane. Bibit biasanya sudah dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 9-16 bulan, & pemindahannya dilakukan pada saat permulaan musim hujan
b) Penyambungan mata (okulasi)
Pembuatan bibit secara okulasi dilakukan pada pohon pangkal berumur 8-10 bulan. Sebagai mata yg akan diokulasikan diambil dari dahan yg sehat, dgn umur 1 tahun, serta matanya tampak jelas. Waktu yg paling baik untuk menempel yaitu pada saat kulit batang semai mudah dilepaskan dari kayunya. Caranya adalah kulit pohon pokok disayat sepanjang 10 cm & lebarnya 8 mm. Kulit tersebut dilepaskan dari kayunya & ditarik ke bawah lalu dipotong 6 cm. Selanjutnya disayat sebuah mata dgn sedikit kayu dari cabang mata (enthout), kayu dilepaskan pelan-pelan tanpa merusak mata. Kulit yg bermata dimasukkan di antara kulit & kayu yg telah disayat pada pohon pokok & ditutup lagi, dgn catatan mata jangan sampai tertutup. Akhirnya balut seluruhnya dgn pita plastik. Bila dlm 3-5 hari matanya masih hijau, berarti penempelan berhasil. Selanjutnya 10-15 hari setelah penempelan, tali plastik dibuka. Batang pohon pokok dikerat melintang sedalam setengah diameternya, kira-kira 5-7,5 cm di atas okulasi, lalu dilengkungkan sehingga pertumbuhan mata dapat lebih cepat. Setelah batang yg keluar dari mata mencapai tinggi 1 m, maka bagian pohon pokok yg dilengkungkan dipotong tepat di atas okulasi & lukanya diratakan, kemudian ditutup dgn parafin yg telah dicairkan. Pohon okulasi ini dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 8-12 bulan & pemindahan yg paling baik adalah pada saat permulaan musim hujan. dlm perbanyakan vegetatif yg perlu diperhatikan adalah menjaga kelembaban udara agar tetap tinggi (+ 80%) & suhu udara di tempat penyambungan jangan terlalu tinggi (antara 15-25°C). Selain itu juga jangan dilakukan pada musim hujan lebat serta terlalu banyak terkena sinar matahari langsung. Bibit yg berupa sambungan perlu disiram secara rutin & dipupuk 2 minggu sekali. Pemupukan bisa bersamaan dgn penyiraman, yaitu dgn melarutkan 1-1,5 gram urea/NPK ke dlm 1 liter air. Pupuk daun bisa juga diberikan dgn dosis sesuai anjuran dlm kemasan. Sedangkan pengendalian hama & penyakit dilakukan bila perlu saja.
6.2. Pengolahan Media Tanam
Lahan untuk tanaman alpukat harus dikerjakan dgn baik; harus bersih dari pepohonan, semak belukar, tunggul-tunggul bekas tanaman, serta batu-batu yang mengganggu. Selanjutnya lahan dicangkul dlm atau ditraktor, lalu dicangkul halus 2-3 kali. Pengerjaan lahan sebaiknya dilakukan saat musim kering sehingga penanaman nantinya dapat dilakukan pada awal atau saat musim hujan.
6.3. Teknik Penanaman
1) Pola Penanaman
Pola penanaman alpukat sebaiknya dilakukan secara kombinasi antara varietas-varietasnya. Hal ini mengingat bahwa kebanyakan varietas tanaman alpukat tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri, kecuali varietas ijo panjang yg memiliki tipe bunga A. Ada 2 tipe bunga dari beberapa varietas alpukat di Indonesia, yaitu tipe A & tipe B. Varietas yg tergolong tipe bunga A adalah ijo panjang, ijo bundar, merah panjang, merah bundar, waldin, butler, benuk, dickinson, puebla, taft, & hass. Sedangkan yg tergolong tipe B adalah collinson, itszamma, winslowsaon, fuerte, lyon, nabal, ganter, & queen. Penyerbukan silang hanya terjadi antara kedua tipe bunga. Oleh karena itu, penanaman alpukat dlm suatu lahan harus dikombinasi antara varietas yg memiliki tipe bunga A & tipe bunga B sehingga bunga-bunganya saling menyerbuki satu sama lain.
2) Pembuatan Lubang Tanam
  • Tanah digali dgn ukuran panjang, lebar, & tinggi masing-masing 75 cm. Lubang tersebut dibiarkan terbuka selama lebih kurang 2 minggu.
  • Tanah bagian atas & bawah dipisahkan.
  • Lubang tanam ditutup kembali dgn posisi seperti semula. Tanah bagian atas dicampur dulu dgn 20 kg pupuk kandang sebelum dimasukkan ke dalam lubang.
  • Lubang tanam yg telah tertutup kembali diberi ajir untuk memindahkan mengingat letak lubang tanam.
3) Cara Penanaman
Waktu penanaman yg tepat adalah pada awal musim hujan & tanah yg ada dlm lubang tanam tidak lagi mengalami penurunan. Hal yg perlu diperhatikan adalah tanah yg ada dlm lubang tanam harus lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Hal ini untuk menghindari tergenangnya air bila disirami atau turun hujan.
Langkah-langkah penanaman adalah sebagai berikut:
  • Lubang tanam yg telah ditutup, digali lagi dgn ukuran sebesar wadah bibit.
  • Bibit dikeluarkan dari keranjang atau polibag dgn menyayatnya agar gumpalan tanah tetap utuh.
  • Bibit beserta tanah yg masih menggumpal dimasukkan dlm lubang setinggi leher batang, lalu ditimbun & diikatkan ke ajir.
  • Setiap bibit sebaiknya diberi naungan untuk menghindari sinar matahari secara langsung, terpaan angin, maupun siraman air hujan. Naungan tersebut dibuat miring dgn bagian yg tinggi di sebelah timur. Peneduh ini berfungsi sampai tumbuh tunas-tunas baru atau lebih kurang 2-3 minggu.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penyiangan
Gulma banyak tumbuh di sekitar tanaman karena di tempat itu banyak terdapat zat hara. Selain merupakan saingan dlm memperoleh makanan, gulma juga merupakan tempat bersarangnya hama & penyakit. Oleh karena itu, agar tanaman dapat tumbuh dgn baik maka gulma-gulma tersebut harus disiangi (dicabut) secara rutin.
2) Penggemburan Tanah
Tanah yg setiap hari disiram tentu saja akan semakin padat & udara di dalamnya semakin sedikit. Akibatnya akar tanaman tidak dapat leluasa menyerap unsur hara. Untuk menghindarinya, tanah di sekitar tanaman perlu digemburkan dgn hati-hati agar akar tidak putus.
3) Penyiraman
Bibit yg baru ditanam memerlukan banyak air, sehingga penyiraman perlu dilakukan setiap hari. Waktu yg tepat untuk menyiram adalah pagi/sore hari, dan bila hari hujan tidak perlu disiram lagi.
4) Pemangkasan Tanaman
Pemangkasan hanya dilakukan pada cabang-cabang yg tumbuh terlalu rapat atau ranting-ranting yg mati. Pemangkasan dilakukan secara hati-hati agar luka bekas pemangkasan terhindar dari infeksi penyakit & luka bekas pemangkasan sebaiknya diberi fungisida/penutup luka.
5) Pemupukan
Dalam pembudidayaan tanaman alpukat diperlukan program pemupukan yg baik & teratur. Mengingat sistem perakaran tanaman alpukat, khususnya akar-akar rambutnya, hanya sedikit & pertumbuhannya kurang ekstensif maka pupuk harus diberikan agak sering dgn dosis kecil. Jumlah pupuk yg diberikan tergantung pada umur tanaman. Bila program pemupukan tahunan menggunakan pupuk urea (45% N), TSP (50% P), & KCl (60% K) maka untuk tanaman berumur muda (1-4 tahun) diberikan urea, TSP, & KCl masing-masing sebanyak 0,27-1,1 kg/pohon, 0,5-1 kg/pohon & 0,2-0,83 kg/pohon. Untuk tanaman umur produksi (5 tahun lebih) diberikan urea, TSP, & KCl masing-masing sebanyak 2,22-3,55 kg/pohon, 3,2 kg/pohon, & 4 kg/pohon. Pupuk sebaiknya diberikan 4 kali dlm setahun. Mengingat tanaman alpukat hanya mempunyai sedikit akar rambut, maka sebaiknya pupuk diletakkan sedekat mungkin dgn akar. Caranya dgn menanamkan pupuk ke dlm lubang sedalam 30-40 cm, di mana lubang tersebut dibuat tepat di bawah tepi tajuk tanaman, melingkari tanaman

7. HAMA & PENYAKIT TANAMAN ALPUKAT
7.1. Hama pada Daun
1) Ulat kipat (Cricula trisfenestrata Helf)
Ciri: Panjang tubuh 6 cm, berwarna hitam bercak-bercak putih & dipenuhi rambut putih. Kepala & ekor berwarna merah menyala.
Gejala: Daun-daun tidak utuh & terdapat bekas gigitan. Pada serangan yg hebat, daun habis sama sekali tetapi tanaman tidak akan mati, & terlihat kepompong bergelantungan.
Pengendalian: Menggunakan insektisida yg mengandung bahan aktif monokrotofos atau Sipermetein, misal Cymbush 50 EC dgn dosis 1-3 cc/liter atau Azodrin 15 WSC dgn dosis 2-3 cc/liter.
2) Ulat kupu-kupu gajah (Attacus atlas L.)
Ciri: Sayap kupu-kupu dapat mencapai ukuran 25 cm dgn warna coklat kemerahan & segitiga tansparan. Ulat berwarna hijau tertutup tepung putih, panjang 15 cm & mempunyai duri yg berdaging. Pupa terdapat di dlm kepompong yg berwarna coklat.
Gejala: Sama dgn gejala serangan ulat kipat, tetapi kepompong tidak bergelantungan melainkan terdapat di antara daun.
Pengendalian: Sama dgn pemberantasan ulat kipat.
3) Aphis gossypii Glov/A. Cucumeris, A. cucurbitii/Aphis kapas.
Ciri: Warna tubuh hijau tua sampai hitam atau kunig coklat. Hama ini mengeluarkan embun madu yg biasanya ditumbuhi cendawan jelaga sehingga daun menjadi hitam & semut berdatangan.
Gejala: Pertumbuhan tanaman terganggu. Pada serangan yg hebat tanaman akan kerdil & terpilin.
Pengendalian: Disemprot dgn insektisida berbahan aktif asefat/dimetoat, misalnya Orthene 75 SP dgn dosis 0,5-0,8 gram/liter atau Roxion 2 cc/liter.
4) Kutu dompolan putih (Pseudococcus citri Risso)/Planococcus citri Risso
Ciri: Bentuk tubuh elips, berwarna coklat kekuningan sampai merah oranye, tertutup tepung putih, ukuran tubuh 3 mm, mempunyai tonjolan di tepi tubuh dgn jumlah 14-18 pasang & yg terpanjang di bagian pantatnya.
Gejala: Pertumbuhan tanaman terhambat & kurus. Tunas muda, daun, batang, tangkai bunga, tangkai buah, & buah yg terserang akan terlihat pucat, tertutup massa berwarna putih, & lama kelamaan kering.
Pengendalian: Disemprot dgn insektisida yg mengandung bahan aktif formotion, monokrotofos, dimetoat, atau karbaril. Misalnya anthion 30 EC dosis 1-1,5 liter/ha, Sevin 85 S dosis 0,2% dari konsentrasi fomula.
5) Tungau merah (Tetranychus cinnabarinus Boisd)
Ciri: Tubuh tungau betina berwarna merah tua/merah kecoklatan, sedangkan tungau jantan hijau kekuningan/kemerahan. Terdapat beberapa bercak hitam, kaki dan bagian mulut putih, ukuran tubuh 0,5 mm.
Gejala: Permukaan daun berbintik-bintik kuning yg kemudian akan berubah menjadi merah tua seperti karat. Di bawah permukaan daun tampak anyaman benang yg halus. Serangan yg hebat dapat menyebabkan daun menjadi layu & rontok.
Pengendalian: Disemprot dgn akarisida Kelthan MF yg mengandung bahan aktif dikofoldan, dgn dosis 0,6-1 liter/ha.
7.2. Hama pada Buah
1) Lalat buah Dacus (Dacus dorsalis Hend.)
Ciri: Ukuran tubuh 6 - 8 mm dgn bentangan sayap 5 - 7 mm. Bagian dada berwarna coklat tua bercak kuning/putih & bagian perut coklat muda dengan pita coklat tua. Stadium larva berwarna putih pada saat masih muda & kekuningan setelah dewasa, panjang tubuhnya 1 cm.
Gejala: Terlihat bintik hitam/bejolan pada permukaan buah, yg merupakan tusukan hama sekaligus tempat untuk meletakkan telur. Bagian dlm buah berlubang & busuk karena dimakan larva.
Pengendalian: dgn umpan minyak citronella/umpan protein malation akan mematikan lalat yg memakannya. Penyemprotan insektisida dapat dilakukan antara lain dgn Hostathion 40 EC yg berbahan aktif triazofos dosis 2 cc/liter & tindakan yg paling baik adalah memusnahkan semua buah yg terserang atau membalik tanah agar larva terkena sinar matahari & mati.
2) Codot (Cynopterus sp)
Ciri: Tubuh seperti kelelawar tetapi ukurannya lebih kecil menyerang buah-buahan pada malam hari.
Gejala: Terdapat bagian buah yg berlubang bekas gigitan. Buah yg terserang hanya yg telah tua, & bagian yg dimakan adalah daging buahnya saja.
Pengendalian: Menangkap codot menggunakan jala/menakut-nakutinya menggunakan kincir angin yg diberi peluit sehingga dapat menimbulkan suara.
7.3. Hama pada Cabang/Ranting
1) Kumbang bubuk cabang (Xyleborus coffeae Wurth / Xylosandrus morigerus Bldf).
Ciri: Kumbang yg lebih menyukai tanaman kopi ini berwarna coklat tua & berukuran 1,5 mm. Larvanya berwarna putih & panjangnya 2 mm.
Gejala: Terdapat lubang yg menyerupai terowongan pada cabang atau ranting. Terowongan itu dapat semakin besar sehingga makanan tidak dapat tersalurakan ke daun, kemudian daun menjadi layu & akhirnya cabang atau ranting tersebut mati.
Pengendalian: Cabang/ranting yg terserang dipangkas & dibakar. Dapat juga disemprot insektisida berbahan aktif asefat atau diazinon yang terkandung dlm Orthene 75 SP dgn dosis pemberian 0,5-0,8 gram/liter & Diazinon 60 EC dosis 1-2 cc/liter.
7.4. Penyakit yg disebabkan Jamur
1) Antraknosa
Penyebab: Jamur Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) sacc. yg mempunyai miselium berwarna cokleat hijau sampai hitam kelabu & sporanya berwarna jingga.
Gejala: Penyakit ini menyerang semua bagian tanaman, kecuali akar. Bagian yg terinfeksi berwarna cokelat karat, kemudian daun, bunga, buah/cabang tanaman yg terserang akan gugur.
Pengendalian: Pemangkasan ranting & cabang yg mati. Penelitian buah dilakukan agak awal (sudah tua tapi belum matang). Dapat juga disemprot dgn fungisida yg berbahan aktif maneb seperti pada Velimex 80 WP. Fungisida ini diberikan 2 minggu sebelum pemetikan dgn dosis 2-2,5 gram/liter.
2) Bercak daun atau bercak cokelat
Penyebab: cercospora purpurea Cke./dikenal juga dgn Pseudocercospora purpurea (Cke.) Derghton. Jamur ini berwarna gelap & menyukai tempat lembab.
Gejala: bercak cokelat muda dgn tepi cokelat tua di permukaan daun atau buah. Bila cuaca lembab, bercak cokelat berubah menjadi bintik-bintik kelabu. Bila dibiarkan, lama-kelamaan akan menjadi lubang yg dapat dimasuki organisme lain.
Pengendalian: Penyemprotan fungisida Masalgin 50 WP yg mengandung benomyl, dgn dosis 1-2 gram/liter atau dapat juga dgn mengoleskan bubur Bordeaux.
3) Busuk akar & kanker batang
Penyebab: Jamur Phytophthora yg hidup saprofit di tanah yg mengandung bahan organik, menyukai tanah basah dgn drainase jelek.
Gejala: Bila tanaman yg terserang akarnya maka pertumbuhannya menjadi terganggu, tunas mudanya jarang tumbuh. Akibat yg paling fatal adalah kematian pohon. Bila batang tanaman yg terserang maka akan tampak perubahan warna kulit pada pangkal batang.
Pengendalian: drainase perlu diperbaiki, jangan sampai ada air yg menggenang/dengan membongkar tanaman yg terserang kemudian diganti dgn tanaman yg baru.
4) Busuk buah
Penyebab: Botryodiplodia theobromae pat. Jamur ini menyerang apabila ada luka pada permukaan buah.
Gejala: Bagian yg pertama kali diserang adalah ujung tangkai buah dgn tanda adanya bercak cokelat yg tidak teratur, yg kemudian menjalar ke bagian buah. Pada kulit buah akan timbul tonjolan-tonjolan kecil.
Pengendalian: Oleskan bubur Bordeaux/ semprotkan fungisida Velimex 80 WP yg berbahan aktif Zineb, dgn dosis 2-2,5 gram/liter.

8. PANEN ALPUKAT
8.1. Ciri & Umur Panen
Ciri-ciri buah yg sudah tua tetapi belum masak adalah:
  • warna kulit tua tetapi belum menjadi cokelat/merah & tidak mengkilap;
  • bila buah diketuk dgn punggung kuku, menimbulkan bunyi yg nyaring;
  • bila buah digoyang-goyang, akan terdengar goncangan biji.
Penetapan tingkat ketuaan buah tersebut memerlukan pengalaman tersendiri. Sebaiknya perlu diamati waktu bunga mekar sampai enam bulan kemudian, karena buah alpukat biasanya tua setelah 6-7 bulan dari saat bunga mekar. Untuk memastikannya, perlu dipetik beberapa buah sebagai contoh. Bila buah-buah contoh tersebut masak dgn baik, tandanya buah tersebut telah tua & siap dipanen. 
8.2. Cara Panen
Umumnya memanen buah alpukat dilakukan secara manual, yaitu dipetik menggunakan tangan. Apabila kondisi fisik pohon tidak memungkinkan untuk dipanjat, maka panen dapat dibantu dgn menggunakan alat/galah yg diberi tangguk kain/goni pada ujungnya/tangga. Saat dipanen, buah harus dipetik/dipotong bersama sedikit tangkai buahnya (3-5 cm) untuk mencegah memar, luka/infeksi pada bagian dekat tangkai buah.
8.3. Periode Panen
Biasanya alpukat mengalami musim berbunga pada awal musim hujan, & musim berbuah lebatnya biasanya pada bulan Desember, Januari, & Februari. Di Indonesia yg keadaan alamnya cocok untuk pertanaman alpukat, musim panen dapat terjadi setiap bulan.
8.4. Prakiraan Produksi
Produksi buah alpukat pada pohon-pohon yg tumbuh & berbuah baik dapat mencapai 70-80 kg/pohon/tahun. Produksi rata-rata yg dapat diharapkan dari setiap pohon berkisar 50 kg.
9. PASCAPANEN ALPUKAT
9.1. Pencucian
Pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan segala macam kotoran yg menempel sehingga mempermudah penggolongan/penyortiran. Cara pencucian tergantung pada kotoran yg menempel.
9.2. Penyortiran
Penyortiran buah dilakukan sejak masih berada di tingkat petani, dgn tujuan memilih buah yg baik & memenuhi syarat, buah yg diharapkan adalah yg memiliki ciri sebagai berikut:
  1. Tidak cacat, kulit buah harus mulus tanpa bercak.
  2. Cukup tua tapi belum matang.
  3. Ukuran buah seragam. Biasanya dipakai standar dlm 1 kg terdiri dari 3 buah atau berbobot maksimal 400 g.
  4. Bentuk buah seragam. Pesanan paling banyak adalah yg berbentuk lonceng.
Buah yg banyak diminta importir untuk konsumen luar negeri adalah buah alpukat yg dagingnya berwarna kuning mentega tanpa serat. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan dlm negeri, semua syarat tadi tidak terlalu diperhitungkan. 
9.3. Pemeraman & Penyimpanan
Alpukat baru dapat dikonsumsi bila sudah masak. Untuk mencapai tingkat kemasan ini diperlukan waktu sekitar 7 hari setelah petik (bila buah dipetik pada saat sudah cukup ketuaannya). Bila tenggang waktu tersebut akan dipercepat, maka buah harus diperam terlebih dulu. Untuk keperluan ekspor, tidak perlu dilakukan pemeraman karena tenggang waktu ini disesuaikan dgn lamanya perjalanan untuk sampai di tempat tujuan. Cara pemeraman alpukat masih sangat sederhana. Pada umumnya hanya dgn memasukkan buah ke dlm karung goni, kemudian ujungnya diikat rapat. Setelah itu karung diletakkan di tempat yg kering & bersih. Karena alpukat mempunyai umur simpan hanya sampai sekitar 7 hari (sejak petik sampai siap dikonsumsi), maka bila ingin memperlambat umur simpan tersebut dapat dilakukan dgn menyimpannya dlm ruangan bersuhu 5 derajat C. dgn cara tersebut, umur penyimpanan dapat diperlambat samapai 30-40 hari. 
9.4. Pengemasan & Pengangkutan
Kemasan adalah wadah/tempat yg digunakan untuk mengemas suatu komoditas. Kemasan untuk pasar lokal berbeda dgn yg untuk diekspor. Untuk pemasaran di dlm negeri, buah alpukat dikemas dlm karung-karung plastik/keranjang, lalu diangkut dgn menggunakan truk. Sedangkan kemasan untuk ekspor berbeda lagi, yaitu umumnya menggunakan kotak karton berkapasitas 5 kg buah alpukat. Sebelum dimasukkan ke dlm kotak karton, alpukat dibungkus kertas tissue, kemudian diatur sususannya dgn diselingi penyekat yg terbuat dari potongan karton.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN ALPUKAT
10.1 Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya tanaman alpukat dgn luas lahan 1 hektar selama 10 tahun di daerah Jawa Barat pada tahun 1999.
1) Biaya produksi
  1. Bibit okulasi: 121 batang @ Rp.10.000,- Rp. 1.210.000,-
  2. Pupuk
    • Pupuk kandang 3 ton@ Rp. 150.000,-/ton Rp. 450.000,-
    • Urea
      • Tahun ke-1-4, 1.936 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 2.904.000,-
      • Tahun ke-5-10, 9.801 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 14.701.500,-
    • TSP
      • Tahun ke-1-4, 1.936 kg @ Rp. 1.600,- Rp. 3.097.600,-
      • Tahun ke-5-10, 9.317 kg @ Rp.1.600,- Rp. 14.907.200,-
    • KCl
      • Tahun ke-1-4, 1.694 kg @ Rp. 1.650,- Rp. 2.795.100,-
      • Tahun ke-5-10, 11.616 kg @ Rp. 1.650,- Rp. 19.166.400,-
    • Pestisida & fungisida Rp. 240.000,-
  3. Peralatan
    • Cangkul Rp. 70.000,-
    • Sprayer Rp. 250.000,-
  4. Tenaga kerja
    • Pembajakan lahan & pupuk dasar (borongan) Rp. 400.000,-
    • Penyiraman 15 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 105.000,-
    • Pemangkasan 4 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 28.000,-
    • Pembuatan lubang tanam 15 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 105.000,-
    • Penanaman 7 HOK @ RP. 7.000,- Rp. 49.500,-
    • Penyiangan 20 HOK/tahun @ Rp. 7.000,- Rp. 1.400.000,-
    • Pemupukan 10 HOK/tahun @ Rp. 7.000,- Rp. 700.000,-
    • Perlindungan tanaman 4HOK/tahun @ Rp. 7.000,- Rp. 280.000,-
  5. Panen & pascapanen
    • Tahun ke-4, 18 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 126.000,-
    • Tahun ke-5, 22 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 154.000,-
    • Tahunke-6, 35 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 245.000,-
    • Tahunke-7, 48 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 336.000,-
    • Tahun ke-8, 48 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 336.000,-
    • Tahun ke-9, 48 HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 336.000,-
    • Tahun ke-10, 48HOK @ Rp. 7.000,- Rp. 336.000,-
Jumlah biaya produksi dlm 10 tahun Rp. 64.841.300,-
2) Pendapatan
  1. Tahun ke-4, 3.300 kg @ Rp. 3.500,- Rp. 11.550.000,-
  2. Tahun ke-5, 6.500 kg @ Rp. 3.500,- Rp. 22.750.000,-
  3. Tahun ke-6, 9.800 kg @ Rp. 3.500,- Rp. 34.300.000,-
  4. Tahun ke-7, 12.000 kg @ Rp. 3.500,- Rp. 42.000.000,-
  5. Tahun ke-8, 12.200 kg @ Rp. 3.500,- Rp. 42.700.000,-
  6. Tahun ke-9, 12.500 kg @ Rp. 3.500,- Rp. 43.750.000,-
  7. Tahun ke-10, 12.500 kg @ Rp. 3.500,- Rp. 43.750.000,-
Jumlahpendapatan dlm 10 tahun Rp.240.800.000,-
3)Keuntungan dlm 10 tahun Rp.175.958.700,-
Tanaman alpukat yg berasal dari bibit okulasi atau sambung akan mulai berbuah pada umur 4 tahun dgn produksi 3.300 kg/ha. Produksi ini akan terus bertambah hingga mencapai kestabilan pada tahun ke-7 (panen keempat) dgn jumlah produksi rata-rata 12.000 kg/ha. Keuntungan baru dapat diperoleh pada panen kedua (tahun ke-5) & akan stabil pada panen keempat (tahun ke-7). Namun analisis tersebut belum termasuk biaya sewa tanah.
10.2 Gambaran Peluang Agribisnis
Walaupun keuntungan bertanam alpukat di Indonesia belum begitu bisa dirasakan karena pengelolaannya tidak intensif, namun karena permintaannya naik maka pertanaman alpukat dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Prospek ke depan bisnis alpukat semakin cerah sehubungan dgn semakin terbukanya peluang pasar. Tetapi sayangnya masih banyak wilayah yg merupakan sentra produksi belum tergali, sehingga kesulitan mendapatkan buah masih tetap dirasakan oleh para pedagang, baik di pasar lokal maupun eksportir.
Alpukat merupakan salah satu jenis buah bergizi tinggi yg semakin banyak diminati. Hal ini terlihat dari banyaknya permintaan alpukat di pasaran. Sebagai contoh, seorang grosir membutuhkan alpukat 12-20 ton/minggu untuk pedagang pengecer di Bogor. Selain di pasar lokal, pasar luar negeri pun berhasil ditembusnya. Mula-mula hanya Singapura & Belanda, kemudian menyusul Saudi Arabia, Perancis, & Brunei Darussalam. Impor Perancis pada tahun 1989 sebanyak 3.790 kg dgn nilai 379 US$, & pada tahun 1990 meningkat menjadi 5.749 kg dgn nilai 10.876 US$. Situasi harga di tingkat petani memang relatif bervariasi dibandingkan dgn di tingkat pengecer. Harga setiap kilogram di tingkat petani di daerah Garut pada tahun 1991 berkisar antara Rp 200,- sampai Rp 600,-. Seangkan di tingkat pengecer biasanya lebih stabil, & harga bisa mencapai Rp 700,- sampai Rp 1.750,-/kg.
Adanya perbedaan harga yg cukup besar tersebut antara lain disebabkan karena di tingkat pengecer risiko kerusakannya lebih tinggi. 

11. STANDAR PRODUKSI ALPUKAT
11.1. Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh & cara pengemasan.
11.2. Diskripsi
Alpukat adaalah buah tanaman apaokat (Persea Americana MILL) dlm keadaan cukup tua, utuh, segar & bersih.
11.3. Klasifikasi & Standar Mutu
Alpokat digolongkan dlm 3 macam ukuran berdasarkan berat, yaitu:
  1. Alpokat besar : 451-550 gram/buah
  2. Alpokat sedang : 351-450 gram/buah
  3. Alpokat kecil : 250-350 gram/buah
Sedangkan syarat mutu adalah sebagai berikut:
  1. Kesamaan sifat varietas: mutu I seragam; mutu II seragam; cara pengujian organoleptik
  2. Tingkat ketuaan: mutu I tua tapi tidak terlalu matang; mutu II tua tapi tidak terlalu matang; cara pengijian organoleptik
  3. Bentuk: mutu I normal; mutu II kurang normal; cara pengujian organoleptik
  4. Kekerasan: mutu I keras; mutu II keras; cara pengujian Organoleptik
  5. Ukuran: mutu I seragam; mutu II kurang seragam; cara pengujian SP-SMP-309-1981
  6. Kerusakan (bobot/bobot): mutu I maks 5%; mutu II 10%; cara pengujian SP-SMP-310- 1981
  7. Busuk (bobot/bobot): mutu I maks 1%; mutu II 2%; cara pengujian SP-SMP-311-1981
  8. Kotoran: mutu I bebas; mutu II bebas; cara pengujian organoleptik
11.5. Pengambilan Contoh
Setiap kemasan diambil contohnya sebanyak 3 kg dari bagian atas, tengah & bawah. Contoh tersebut dicampur merata tanpa menimbulkan kerusakan, kemudian dibagi 4 & dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali sampai contoh mencapai 3 kg untuk dianalisa.
  1. Jumlah kemasan dlm partai: 1 sampai 100, minimum jumlah contoh yg diambil 5.
  2. Jumlah kemasan dlm partai: 101 sampai 300, minimum jumlah contoh yg diambil 7.
  3. Jumlah kemasan dlm partai: 301 sampai 500, minimum jumlah contoh yg diambil 9.
  4. Jumlah kemasan dlm partai: 501 sampai 1000, minimum jumlah contoh yg diambil 10.
  5. Jumlah kemasan dlm partai: lebih dari 1000, minimum jumlah contoh yg diambil 15.
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yg berpengalaman/dilatih lebih dahulu & mempunyai ikatan dgn suatu badan hukum.
11.6. Pengemasan
Buah alpukat disajikan dlm bentuk utuh & segar, dikemas dlm keranjang bambu/bahan lain yg sesuai dengan/tanpa bahan penyekat, ditutup dgn anyaman bambu/bahan lain, kemudian diikat dgn tali bambu/bahan lain. Isi kemasan tidak melebihi permukaan kemasan dgn berat bersih maksimum 20 kg. Di bagian luar kemasan diberi label yg bertuliskan antara lain: nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, daerah asal, nama/kode perusahaan/eksportir, berat bersih, hasil Indonesia & tempat/negara tujuan.
Tidak ada komentar :

Tidak ada komentar :

Posting Komentar